Ini catatan kecil saya saat melakukan perjalanan mengikuti tur Paris-Amsterdam by bus. Ada beberapa hal yang saya lihat kenyamanan naik bus di negara Eropa sangat baik. Sama nyamannyalah dengan kereta.
Perjalanan itu saya mulai pukul 10 malam dengan menuju ke terminal bus antar negara. Kebetulan lokasinya tidak jauh dari hotel kami menginap. Cukup jalan kaki sambil menyeret kopor, tidak sampai 10 menit terminal sudah tercapai.
Terminal bus di sana sungguhlah berbeda dengan terminal bus di tanah air. Sepi, tidak terlihat ada kerumunan manusia apalagi berdesak-desakan. Apalagi takut dengan preman terminal. Pelayanan tiket sangat rapi. Setelah melapor di loket, penumpang diberi semacam boarding pass untuk masuk ke tempat bus-bus yang diparkir.
Tak lama, 15 menit sebelum jam keberangkatan kami dipersilakan masuk menuju bus yang membawa kami ke Amsterdam. Berbeda dengan di tanah air, jangan harap ada kru bus yang membantu kita mengatur bagasi atau mencari portir untuk mengangkut bawaan kita. Di sana, semua harus dikerjakan sendiri oleh penumpang.
Jadi, setiap penumpang mesti memasukkan sendiri barang-barang bawaannya ke dalam bagasi. Di situlah, terlihat kedisiplinan dan kedewasaan para penumpang. Semua saling bantu dengan meletakkan bagasi yang besar ke tengah dan bagasi yang lebih kecil di pinggir.
Setelah semua bagasi tertata dengan rapi, dengan rapi penumpang masuk ke dalam bus menempati tempat duduk masing-masing. Dari segi fisik, bus-bus malam itu terasa lebih mewah dan di setiap kursi disediakan kantong untuk membuang sampah. Satu bus hanya diawaki oleh satu orang sopir, tanpa kernet.
Tepat pukul 11 malam bus berangkat. Tadinya saya menyangka, di tiap perbatasan negara akan ada pemeriksaan passport. Ternyata tidak, sehingga kapan bus melewati perbatasan negera, saya jadi tak tahu. Pukul 1 dini hari bus berhenti di satu rest area di Belgia. Lumayan ada mini market yang menyediakan makanan, minuman, cinderamata, dan toilet gratis.
Setelah beristirahat kurang lebih 15 menit, bus melanjutkan perjalanan. Yang patut diacungi jempol dari bus antarnegara ini adalah tentang kedisiplinan sopir yang selalu beristirahat melakukan peregangan setiap dua jam. Itu menjadikan fisik sopir tetap prima dan konsentrasinya menjadi terjaga.
Sekitar pukul 3 pagi, bus keluar dari free way masuk Kota Breda, Belanda untuk beristirahat. Karena tak ada rest area, sopir memarkirkan bus di dekat lapangan. Tampak sopir keluar dari bus dan langsung melakukan senam ringan. Ia juga mondar-mandir di sekitar bis selama lima menit untuk merilekskan diri.
Pukul 5 kurang sedikit, bus tiba di terminal Bus terpadu di Amsterdam. Ternyata masih kepagian, sehingga belum ada kereta komuter yang jalan, juga belum ada kios makanan yang buka. Untung toiletnya bisa dipakai. Baru pada pukul 6 pagi, kereta komuter baru ada. Dari sana, kami meneruskan perjalanan ke Amsterdam kota. (naskah dan foto: Hanif/editor: Heti Palestina Yunani)
*Artikel ini juga tayang di Padmagz.com dengan judul Nyamannya Bus Antarnegara Di Eropa