Belajar 5 Kenyamanan dari ‘Sodara Toea”

Ketika Jepang menjajah negeri ini, mereka hadir dengan menyebut dirinya sebagai saudara tua. Tujuan sebagai ‘Sodara Toea’ di era dulu itu tentu beda dengan apa yang akan saya tulis ini. Kalau dulu tujuan deklarasi kata itu bermakna politis dan kekuasaan, pengalaman melakukan perjalanan wisata ke Negari Matahari Terbit ini adalah tentang bagaimana kenyamanan itu dirasakan oleh orang yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Jepang. Kita memang harus belajar banyak dari ‘Saudara Tua’ kita yang satu ini. Di mana saja kenyamanan itu?

Di Bandar Udara

Benar. Baru saja masuk ke Bandar Udara Haneda yang bersih, ternyata antrean menunggu bagasi berlangsung demikian tertib. Ada sebuah garis batas, di mana orang dan kereta barang (troley) harus berdiri. Sehingga ketika menunggu dan mencari tas bawaan, orang tidak perlu berdesak-desakan, santai dan sekaligus bisa menikmati interior bandara. Bisa dibayangkan dengan ratusan penumpang dari pesawat berbadan lebar kalau antrean itu tidak tertib. Jepang sudah me-welcoming tamu-tamunya bahkan sejak masuk di bandara.

Yang menyebalkan adalah susahnya mencari tempat sampah di bandar udara ini. Sempat uring-uringan karena sulitnya mencari fasilitas yang di Indonesia ada di mana-mana. Ternyata perjalanan wisata selama 10 hari di sana itu, pelajarannya adalah bangsa Jepang ternyata ‘hemat’ dalam mengurus sampah. Ini pelajaran kedua, bahwa banyak tempat sampah bukan berarti kita ini menjaga kebersihan. Tetapi ‘hemat sampah’mengajarkan kita untuk sesedikit mungkin membuang sesuatu.

Setelah beberapa hari uring-uringan karena sulitnya membuang sampah, berubah menjadi kekaguman. Bangsa ini irit sampah, tetapi negaranya benar-benar bersih. Jangankan bungkus snacks, puntung rokok pun bahkan sulit ditemukan. Di desa-desa wisata yang sepi dan jauh dari kehiruk-pikukan manusia, kondisi ini sama. Yang juga mengagumkan adalah tidak ada sticker atau tulisan; jagalah kebersihan. Termasuk lantai di Tsukiji market Tokyo juga bersih sekali. relatif tidak ada sampah tercecer bahkan sulit ditemukan bak sampah.

Sulitnya mencari bak sampah di tempat-tempat umum berbeda dengan di fasilitas-fasilitas seperti di hotel dan penginapan. Bahkan di beberapa guesthouse dan apartemen-apatemen pribadi yang disewakan untuk fasilitas ini, mereka rata-rata menyediakan bak sampah secara lengkap. Bahkan dibedakan mana sampah basah dan mana sampah-sampah untuk benda-benda seperti plastik dan lain-lain. Kesadaran akan kebersihan ini bukan hanya ditemui di tempat-tempat umum, tetapi di saluran-saluran pematusan, bahkan di desa-desa sangat bersih.

Di Transportasi Umum

Ketertiban antrean saat masuk dan keluar menikmati transportasi umum sudah banyak ditemui di berbagai negara. Prinsip mendahulukan yang keluar yaitu anak-anak, orang tua, wanita hamil dan mereka yang berkebutuhan khusus benar-benar dijalankan. Beberapa staf stasiun membantu mendorong kursi roda bagi para penyandang cacat. Bahkan beberapa staf berseragam ini membawa juga semacam tentengan. Belakangan ternyata kemudian diketahui adalah semacam papan yang menjadi ramp yaitu tanjakan atau turunan untuk mengatasi perbedaan level antara kereta dan lantai stasiun sehingga pengguna kursi roda tidak sulit dinaik-turunkan dari dan ke transportasi umum ini.

Aneka sikap penumpang seperti membaca buku dan (tentu) menikmati gadget selama perjalanan adalah kondisi umum di kereta-kereta bawah tanah, kereta cepat dan transportasi umum lainnya. Pada jam-jam sibuk, penumpang jelas berdesak-desakan, tetapi tetap tertib. Suasana tenang ini baru terasa, ketika merasakan perbedaan. Baru saja kami merasakan expresstrain yang keretanya lebih mewah dan modern di Hongkong, di situlah perbedaan itu terasa. Setelah berlibur di Jepang, mampir di Hongkong membuat kami kaget.

Ternyata di moda-moda transportasi umum di Jepang tidak ada penumpang yang bicara melalui ponselnya, apalagi dengan volume keras. Sekian menit perjalanan meninggalkan Bandara Internasional Hongkong menuju pusat kota, suasana riuh salah satunya karena penumpang seenak udelnya ngoceh lewat ponselnya. Stasiun-stasiun kota besar, riuhnya minta ampun.

Di Jalur Pedestrian

Tetapi jalur-jalur pedestrian (pejalan kaki) diatur baik, sehingga pusat-pusat keramaian ini tertib. Termasuk ketika menggunakan sarana pindah ke lantai yang berbeda, seperti di tangga, eskalator maupun lift. Saya sempat sewot karena anak-anak sering mengingatkan dengan nada agak keras, ketika menggunakan eskalator. Di Eropa, rata-rata pengguna eskalator berdiri di sebelah kanan. Memberi ruang sebelah kiri untuk mereka yang terburu-buru punya akses bebas untuk berjalan.

Nah karena kebiasaan saya dan istri yang berdiri seenaknya saat menggunakan sarana yang sering disebut ‘undak-undakan mlaku dewe’ (bahasa Jawa) yang artinya trap-trap tangga yang bisa berjalan sendiri ini, anak-anak sering sewot. Mereka seperti capek mengingatkan ortunya yang dianggap kurang beradab ini. Dua anak saya yang sudah biasa tertib dengan tata-cara itu, mungkin malu karena ortunya bandel tidak mau menuruti aturan. Padahal masalahnya karena kebiasaan saja. Di negara kita tidak ada aturan-aturan itu atau tidak ada yang mengajarkan kita di mana harus bersikap ketika menggunakan sarana ini.

Di Toilet Umum

Salah satu yang paling dikeluhkan istri saat di toilet umum adalah cara antrenya. Pengalaman di beberapa negara, antrean itu tidak dilakukan dengan berdiri di depan masing-masing pintu bilik-bilik toilet, tetapi di sebuah garis tertentu. Jadi tertib, siapa di depan tentu masuk duluan. Bayangkan kalau antre di depan bilik tertentu, pengguna menggunakan toilet itu bisa berlama-lama karena berbagai alasan. Sedang bilik lainnya digunakan dalam waktu singkat.

Tentu antre di toilet jadi seperti untung-untungan. Kalau lagi nasib baik, ya bisa lega duluan. Sebaliknya kalau nasib tidak berpihak, menahan kencing, atau sejenisnya bisa sangat menyiksa. Di samping antrean yang menyenangkan, kebersihan di toilet-toilet sangat terjaga. Ditambah fasilitas closet dan urinoir yang hampir seluruhnya modern. Seperti menggunakan sensor-sensor otomatis dan tombol-tombol untuk penghangat, shower, spray dan lain-lain.

Di Restoran

Antrean di tempat-tempat makan, sama seperti juga sudah dilakukan di restoran-restoran di negara kita. Bedanya resto-resto di Jepang banyak menyediakan tempat duduk untuk antrean ini. Pelayan restoran meskipun banyak yang tidak lancar berkomunikasi dalam bahasa internasional, bahasa isyarat sudah cukup untuk membuat suasana antrean nyaman. Di banyak restoran suasana juga relatif tertib karena tidak banyak yang tertawa ngakak, atau berbicara melalui ponsel seenaknya.

Keamanan ada yang bilang adalah salah satu faktor penting dari wisata itu. Satu kali saat akan meninggalkan Disneyland Tokyo, seorang rekan baru sadar bahwa dompet kecilnya berisi kartu kredit dan tiket-tiket sambungan transportasi hilang. Saat itu, staff Disney bahkan sudah terlihat berkemas untuk segera mengakhiri hari kerjanya. Ketika laporan itu disampaikan ke bagian lost&found, ternyata dompet itu ditemukan. Alhamdulilah semua isinya lengkap.

Ketika ditanya di mana benda berharga itu ditemukan. Petugas bilang bahwa ditemukan di sekitar pintu utama. Jadi barang itu telah lenyap tanpa disadari oleh pemiliknya selama hampir 10 jam. Liburan biasanya menikmati objek-objek wisata, itu yang penting. Menambah nikmat suasana itu adalah ketika sarana, prasarana, keamanan, ketertiban, kebersihan membuat liburan menjadi lebih bermakna. (naskah dan foto: Freddy H Istanto-Dekan Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Ciputra-Direktur Surabaya Heritage Society-Vice Precident Sjarikat Poesaka Soerabaia/hpy)

*Artikel ini juga tayang di Padmagz.com dengan judul Belajar 5 Kenyamanan dari ‘Sodara Toea”

Scroll to Top